Zeus Lewat Depan Masjid (Kami)
Pada senja kali ini burung walet bernyanyi di antara dzikir yang menggema oleh toa. Lihatlah jalanan itu padat, orang-orang pulang kerja. Mobil, motor, sepeda, becak dan kerlap-kerlip lampu memenuhi jalan dan toko-toko. Dengarkan Deru mesin itu memekik di telinga. Aku duduk di tangga masjid, merokok dan minum teh. Di bawah pohon tukang becak saling berbincang. Yang satu duduk di becak, yang satu lagi berdiri, dan sesekali mengembus asap dari mulutnya. Apa yang dibincangkan aku tak tahu, sebab ramai ini begitu sepi untuk mendengar keluh orang-orang di pinggir jalan. Sementara kawanku tidur di tangga, ada rombongan keluarga lewat di depan kami. Berpakaian rapi dan mewah, kemudian lenyap. Satu orang tua berganti lewat di depan kami. Rambutnya gondrong putih. Aku pandangi kakek itu, disela kawanku terus berkata, "Zeus, lihatlah Zeus, itu dia Zeus!" Dewa orang-orang Yunani itu, --bagi kami generasi nisbi-- bukan lagi mitos tentang raja para dewa olympian. Zeus bagi generasi k...