Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Reda

Gambar
  Menjelang subuh sebagian pemuda kota Jey hilang. Tak ada yang tau pasti keberadaan mereka. Semalam, sebelum hilang mereka sempat tertawa riang di kedai dekat rumah istana, yang entah milik siapa. Para orang tua ‘pemuda yang hilang’, kemudian oleh kepolisian setempat disingkat PYH, biasa saja. Palingan lusa anaknya akan pulang minta uang. Kyai Kung mengatakan kalau para orang tua PYH memang sangat sibuk. Hari-harinya hanya untuk mencari uang, makan, lelah kemudian tidur. Berbeda dengan orang tua Reda salah satu pemuda yang selamat, yang lebih memperhatikan kelakuan anaknya. Reda seperti pemuda pada umumnya, bedanya ia rajin membaca komik detektif dan film-film romantika. Lagi, ia suka membaca buku sastra. Sedangkan pelajaran sekolah ia belajar sekenanya. Malam hilangnya PYH Reda tidak berada di sana. Seminggu berlalu, PYH belum juga ketemu. Para orang tua PYH melapor ke polisi. “Kami akan segera menindaklanjuti perkara ini.” Ucap pak polisi. Mereka kembali ke rumah sed...

Selamat Malam

  Untuk Han temanku Dulu... dulu sekali sebelum kita bertemu hidupku sama sekali tidak buruk. Pertemuan denganmu waktu tengah malam itu, saat dua orang kawanku mengajak untuk makan tempe penyet di seberang jalan raya yang lengang. Ku rasai belum tiba sunyi seperti saat ini. Ketika engkau lepas diriku dari pekiknya keramaian. Mulanya aku senang bisa kenal denganmu. Seiring waktu menembus hari demi hari depan yang tak bisa dibayangkan, engkau semakin tak karuan. Engkau atau aku tak bisa saling menyalahkan, mengingat kita sama-sama merasa benar masing-masing. Aku benar karena aku mengenalmu dan engkau benar karena tak sengaja berkenalan denganku. Aku masih ingat betul ucapanmu ketika aku mengorek-ngorek gigi dengan tusuk gigi karena kedelai tempe itu nyangkut di gigiku yang berlubang. "Hidup ini memang lucu!" Katamu. Engkau melanjutkan ketika kedelai yang menyangkut itu telah lepas dari lubang gigiku. "Kita sama-sama buruk dan hidup tak lebih buruk" "Tidak!...

Zeus Lewat Depan Masjid (Kami)

Pada senja kali ini burung walet bernyanyi di antara dzikir yang menggema oleh toa. Lihatlah jalanan itu padat, orang-orang pulang kerja. Mobil, motor, sepeda, becak dan kerlap-kerlip lampu memenuhi jalan dan toko-toko. Dengarkan Deru mesin itu memekik di telinga. Aku duduk di tangga masjid, merokok dan minum teh. Di bawah pohon tukang becak saling berbincang. Yang satu duduk di becak, yang satu lagi berdiri, dan sesekali mengembus asap dari mulutnya. Apa yang dibincangkan aku tak tahu, sebab ramai ini begitu sepi untuk mendengar keluh orang-orang di pinggir jalan. Sementara kawanku tidur di tangga, ada rombongan keluarga lewat di depan kami. Berpakaian rapi dan mewah, kemudian lenyap. Satu orang tua berganti lewat di depan kami. Rambutnya gondrong putih. Aku pandangi kakek itu, disela kawanku terus berkata, "Zeus, lihatlah Zeus, itu dia Zeus!" Dewa orang-orang Yunani itu, --bagi kami generasi nisbi-- bukan lagi mitos tentang raja para dewa olympian. Zeus bagi generasi k...

Marita

Gambar
Tulungagung, 2022 Pada suatu masa yang lengang, burung kolibri terbang mengitari gabah para petani. Di sawah lapang, kering nan panas. Batang padi bekas panenan menyeruak, burung-burung pipit kecil bermain-main di sana. Di dalam gubuk Marita duduk bersimpuh. Menikmati sepoi angin sembari memandang ibu dan bapaknya yang memotong segenggam demi segenggam padi. Wajah bapaknya penuh peluh mirip daun talas yang meninggalkan bulir air sisa hujan. Ibunya bercapil, wajahnya teduh. Musim panen ini keluarga Marita terlambat panen. Sawah-sawah tetangga sudah panen lebih awal. Teman-temannya sudah dibelikan baju baru dari hasil uang panen orang tua mereka. Marita sempat merengek kepada ibu bapaknya karena belum dibelikan baju baru. “Kan bulan lalu sudah dibelikan abangmu baju anak cantik.” Tutur ibunya. “Yang untuk lebaran kan belum mak.” “Sawah bapakmu belum panen.” “Tapi mak... Teman-teman sudah beli baju baru, bagus-bagus. Kemarin Rinda menunjukkan baju barunya warna merah muda, b...

Ikrar

Gambar
Dlodo. Kala lalu. Ia ikrarkan omong kosong berulang kali. pertama bibirnya gemetar dihadapan pria paruh baya. kedua ketika menatap sorot mata kekasihnya berkaca-kaca. Ketiga bibirnya fasih melafalkan tatkala kemudian dadanya sesak. Sejak dahulu ia bukan penjahat, tapi kelakuannya tak karuan. Ia lucuti jiwanya hingga tak berisi. Dari padanya yang tersisa hanya akal, yang kelak menuntunnya untuk mengobati hati, setelah ia tusuk sendiri. Sebelum ikrar itu ia ucapkan untuk kali pertama, hidupnya mujur tak ketulung. Apa yang ia lakukan dan pikirkan mesti sama. Pekerjaannya menunggu setoran saja, Uang, makan dan hampir semua kebutuhannya terpenuhi. Keinginannya pun belum ada yang tak tercapai. Kebanyakan orang iri padanya, kesal juga, bagaimana bisa ada manusia seperti dia, yang lebih dahulu mencicipi surga. Hingga suatu masa saat musim kemarau. Kemarau panjang. Tanah-tanah menjadi gersang, sampai retak-retak. Pepohonan mempertahankan ranting, karena daun-daunnya telah lama gugur. Binatang-b...

Mimpi Bunuh Diri

Gambar
Jombang, 2020. Ada racun di balik kepalanya. Bersarang di sel-sel. Racun itu suka tamasya ke pembuluh darah ketika ia berada di jalan raya. Ketika kendaraan besar nampak di matanya. Ingin ia hantamkan dirinya ke kendaraan itu. Tapi rasa takut tak kalah kuat dari racun itu, dan keraguan tak dapat ia singkirkan. Apakah ia benar ingin? Ia tetap saja takut. Ia ingin mabuk sampai terkutuk. Ia ingin bercinta sepanjang masa. Ia ingin menyatu dengan halusinasi dari ekstasi, heroin, sabu dan apapun itu. Tetap saja ia takut. Barangkali dirinya sudah penuh dengan ketakutan atau bisa saja dirinya adalah ketakutan itu sendiri. Apa yang ia takutkan adalah apa yang ia ketahui, apa yang ia mengerti dan fahami, tapi tak berujung menentukan pilihan mana yang tepat. Hidupnya seperti sampan di luasnya samudera. tak berkutik melawan alam. Padanya tak ada yang lebih baik ketimbang diam dan mematikan diri, tanpa membunuh diri.

Burung dan Perempuan

Gambar
  Jombang Wanita itu pulang dari puncak. Menggunakan sepeda mini, ia nampak lesu dari jauh. Orang-orang di pos ronda membicarakannya. “Sudah berapa burung ditangkap mbak Surmini ya?”. Tanya seorang lelaki paruh baya berpeci miring, sarung yang di silang ketubuh dan kolor biru serta sandal jepit warna ijo, duduk santai di pos. Rekan-rekannya lantas terbahak. “Ada-ada saja kau ini men.” Surmini sudah berada di depan pintu rumah, ia mengambil kunci di dalam tasnya, lalu membuka pintu dan masuk ke dalam. Suami nya sedang asyik menonton tinju di salah satu kanal TV. Anaknya terlelap di atas bayang dan hanya beralas tikar. Lantas Surmini bergegas mengganti pakaian. Kemudian duduk di sebelah suami nya dengan mie rebus di tangan yang barusan ia ambil dari dapur. “Mie nya masih anget dek?” Tanya sang suami. “Sudah dingin mas.” Dengan sekejap mie rebus di tangan Surmini sudah habis, bahkan sebelum tayangan tinju berganti iklan. Ia merasa lelah, barang sesaat ia terlelap di depan TV. Sedang...

Sahur

Gambar
  Dlodo Langit begitu bersih, kelap-kelip cahaya bintang menaburi langit yang lengang itu. Di langgar beberapa pemuda nampak mempersiapkan alat tabuh. Mereka itulah kelompok pembangun orang sahur dari langgar Al-Ikhlas. Jam menunjukan pukul dua dini hari. Seperempat jam laagi mereka akan berkeliling desa. “Jon ini sahur pertama,” kata Jinok kepada Jono. “Iya tahu Jin, besok puasa hari pertama.” Sahut Jono “Kamu puasa gak?” “Biar bulannya saja yang puasa Jin, besok kata bos banyak muatan di gudang.” “Puasa gak ya..” gumam Jinok. Bebarapa saat hening. Ada yang sibuk membolak-balik kentongan, ada yang menggoyang-goyangkan tong mengecek kerapatan tali. Tong tabuh itu dipasuk di gerobak. Dari kejauhan bunyi ting... ting... ting.. semakin mendekat ke arah langgar. Itu dia Ucup, usai mengambil besi bekas rel kereta dari gudang rumahnya. “Ayo berangkat! mumpung orang-orang masih tidur.” Ucap Ucup kepada kawan-kawannya. Kelompok pembangun sahur itu pemanasan tabuh di depan...

Titik Pasrah

Gambar
Surabaya, 19 April 2021 Farikh memperlambat laju motornya, melihat lampu merah menyala. Siang pun menyala. Ia rasa hari begitu panas. Jaket tipis tak mampu menghalau sengatan mentari. Berurutan mobil dan motor dari belakan berhenti di sebelahnya. "Inikah panas neraka?" gumamnya dalam hati. Lampu kuning sekejap berganti lampu hijau. Ia tancap gas penuh menuju tempat berdagang. Sampai di lapak dagangnya. Ia mempersiapkan alat tempur dagangnya. Usai semua persiapan selesai ia tinggal duduk santai menghisap sigaret Farikh dagang telur gulung. Sudah ia jalani enam bulan. Dulu ia bekerja di perusahaan jasa pengiriman barang sebagai kurir. Belum genap setahun ia keluar. Tak ada alasan lebih selain capai di jalan. Dari gaji yang ia tabung dan pinjaman uang dari kakak iparnya ia mulai buka usaha sendiri. Lapak yang ia gunakan kini adalah bekas lapak dagang kawannya semasa kuliah. Ia beruntung karena baik letaknya. Dekat SPBU sekaligus dekat dengan pondok dan kampus. Awal buka i...